Adanya benjolan sudah saya rasakan di pertengahan tahun 2000. Saya tidak terlalu care karena benjolan itu tidak sakit dan tidak mengganggu bahkan adakalanya benjolan itu menghilang. Usia saya 28 tahun pada waktu itu dan waktu saya tersita dengan pekerjaan di Jakarta . Kira2 bulan September 2000 saya harus pindah ke Surabaya mengikuti suami (sebelumnya kami tinggal berjauhan). Pindah di Surabaya membuat saya harus memulai semua dari awal, seperti mencari kerja dan juga mencari teman baru dan terus terang…hal ini membuat saya stress.
Oktober 2000, saya merasakan nyeri dan begitu saya raba ternyata benjolan itu lebih besar dari biasanya. Karena belum bekerja, maka saya masih banyak waktu dan bisa meluangkan waktu ke dokter. Ditemani oleh suami, saya periksa ke Klinik Onkology dengan perasaan yang biasa2 saja, karena saya sangat yakin ini hanya pembesaran kelenjar biasa, dan juga tidak ada gejala2 kanker payudara seperti : puting tertarik ke dalam atau pun kulit seperti kulit jeruk dan lagi pula saya tidak dari keturunan penderita kanker apa pun dan saya merasa gaya hidup saya juga baik dalam arti, saya rajin makan brokoli dan sayur2an. Setelah melalui rangkaian pemeriksaan : pemeriksaan dokter dan USG dokter mengatakan benjolan ini padat sehingga harus dioperasi kurang lebih 30 menit. Tetapi sebelum dilakukan operasi, dokter akan melakukan biopsi untuk memastikan jenis benjolan ini.
Hasil biopsi kurang lebih 3 hari, dan karena yakin hasilnya baik, saya hanya ditemani oleh Ibu mertua saya (sekarang sudah almarhum). Begitu masuk ruang dokter dan mendengar dokter menanyakan dimana suami saya, langsung saya menangkap sesuatu yang negatif. Saat itu, saya langsung menangis dan merasa dunia hancur.
Kurang lebih 1 jam kemudian kembali kami mengunjungi dokter dan benar saya menderita kanker payudara stadium 2. Dokter menyarankan segera di operasi dan saya sendiri pun menyadari seberapa cepat benjolan itu berkembang. Saya hanya bisa pasrah dan merasa hidup saya tidak lama lagi.
Operasi berjalan kurang lebih 3,5 jam pada tanggal 1 November 2000 yang kemudian saya menjalani rangkaian pengobatan kemotheraphy sebanyak 6 kali dan radiotheraphy sebanyak 36 kali. Di tahun ke 7, setelah penantian panjang Tuhan menganugerahkan seorang bayi tampan, yang mana tadinya sangat kecil kemungkinan bagi saya untuk mendapatkannya. Kini 11 tahun sudah berlalu dan Puji Tuhan berkat dukungan keluarga dan support dari suami tercinta, saya bisa melalui semuanya dan bisa menikmati hidup sampai saat ini. Awal bulan Oktober 2011 saya mendapatkan undangan dari US. State Department untuk mengikuti International Visitor Leadership Program for Breast Cancer Awareness & Outreach bersama dengan 43 negara di dunia. Selama tiga minggu saya mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman seputar Breast Cancer.
Bagi saya, penyakit ini merupakan suatu pelajaran berguna bagi saya karena saya diberi kesepatan kedua untuk memperbaiki hidup dan kini juga menjadi kewajiban saya untuk mengingatkan teman2 wanita yang sering menganggap remeh sebuah benjolan dan jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
———————————-