Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya hubungan antara kehamilan dan menyusui dengan penurunan risiko kanker payudara pada wanita. Akan tetapi, hasil penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa melahirkan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Lantas, apakah proses persalinan merupakan hal yang membahayakan kesehatan wanita?
Hubungan antara melahirkan dengan risiko kanker payudara
Penelitian terbaru yang dirangkum dalam jurnal Annals of Internal Medicine menggunakan data-data yang diperoleh dari 15 penelitian pendahulu. Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan data dari total 889.944 wanita.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu berusia 55 tahun ke bawah memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita seusianya yang belum memiliki anak.
Selama lima tahun pertama sejak melahirkan, risiko kanker payudara meningkat dengan pesat hingga mencapai 80%. Namun, Anda tidak perlu khawatir. Penelitian ini juga menemukan bahwa persentase tersebut akan menurun seiring waktu.
Risiko kanker payudara mulai menurun setelah 24 tahun pascapersalinan. Sepuluh tahun kemudian, peluang Anda terkena kanker payudara bahkan menjadi 23% lebih rendah dibandingkan wanita seusia Anda yang belum memiliki anak.
Melahirkan memang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dengan pesat. Meski demikian, hal ini hanya berlangsung sementara. Jangan sampai risiko yang muncul akibat melahirkan menghalangi Anda untuk memiliki momongan.
Apa yang menjadi penyebabnya?
Risiko kanker payudara berkaitan erat dengan kondisi hormon estrogen dalam tubuh Anda. Ini disebabkan karena estrogen mengatur pertumbuhan saluran payudara dan berpengaruh terhadap jaringan payudara secara keseluruhan.
Payudara mulai berkembang saat seorang anak perempuan mengalami pubertas, tetapi jaringan di dalamnya belum bisa memproduksi susu. Fungsi ini baru akan muncul begitu sel payudara mencapai tahap dewasa, yakni saat Anda hamil.
Jumlah estrogen meningkat saat kehamilan memasuki trimester pertama. Salah satu fungsi estrogen adalah merangsang perkembangan pada jaringan payudara agar dapat memproduksi ASI sebelum bayi lahir.
Hormon estrogen memicu pembelahan sel payudara selama periode tersebut. Namun, sel yang aktif membelah sangat rentan terhadap mutasi. Jika mengalami mutasi, sel dapat membelah diri tanpa terkendali dan berkembang menjadi kanker.
Hormon ini secara tidak langsung menjadi faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara, bahkan sejak beberapa bulan sebelum melahirkan. Inilah sebabnya Anda perlu mewaspadai munculnya kelainan pada payudara selama kehamilan.
Faktor terkait kehamilan yang meningkatkan risiko kanker payudara
Selain jumlah hormon estrogen, berikut adalah faktor-faktor terkait kehamilan yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara:
- Berusia di atas 30 tahun saat melahirkan anak pertama. Sebaliknya, wanita yang hamil sebelum berusia 30 tahun berisiko lebih kecil terkena kanker payudara.
- Mengonsumsi diethylstilbestrol (DES) selama kehamilan. DES merupakan hormon buatan yang bekerja seperti estrogen. Hormon ini digunakan untuk mengatasi masalah selama kehamilan.
- Durasi menyusui yang singkat. Menyusui minimal 1 tahun dapat menurunkan risiko kanker payudara.
Secara tidak langsung, melahirkan memang dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Namun, ini merupakan dampak hormon estrogen terhadap pembelahan sel payudara selama kehamilan. Risiko pun akan menurun beberapa tahun pascapersalinan.
Anda juga dapat menurunkan risiko kanker payudara dengan menghindari faktor-faktor yang memicunya. Jalani gaya hidup sehat, hindari paparan asap rokok, dan lengkapi kehamilan Anda dengan pola makan sehat.
sumber: hellosehat.com